Rabu, 22 Oktober 2014

perihal waktu dan surat yang tak pernah terkirim

Kepada pria yang selalu hidup di hatiku. Ini adalah surat kesekian yang aku tulis tanpa benar-benar bisa sampai padamu.

Aku ingin memikirkan lagi tentang banyak hal yang telah kita lewati, tentang aku yang sudah dua puluh dua tahun memilikimu.Tentang perjalanan panjang yang telah membawa aku sampai pada tahap ini. Ada syukur dariku untuk DIA yang telah dengan baik mengatur pertemuan kita. Membuatku bisa memilikimu adalah salah satu hal yang baik, setelah sebelumnya saya diizinkan untuk bernafas di bumi ini.

Masa kecil sepertinya adalah masa dimana aku belajar banyak hal. belajar untuk merangkak, jatuh, berdiri, jatuh lagi, dan takut untuk berdiri, tapi kau menggenggam tanganku, dan membuat ketakutanku seketika hilang. membuatku akhirnya percaya dan bisa berdiri di atas kedua kakiku sendiri. membuatku sadar bahwa jatuh adalah hal yang tak bisa di hindari.

Beranjak besarpun aku di ajarkan di sekolah banyak hal tentang berbagai jenis pengetahuan. Tentang banyak rumus, tentang banyak bahasa asing, tentang banyak cerita, dan tentang banyak pengalaman dari para ahli yang sebelumnya pernah mengalami kegagalan sebelum akhirnya berhasil.

Aku belajar banyak hal, bermain, berlari, jatuh, bahkan saat sebelum aku mengikuti ujian akhir sekolahpun aku jatuh, jatuh yang cukup parah. Semuanya meninggalkan bekas (sampai saat ini). Jatuh...?? Pengalaman jatuh ku begitu banyak, sehingga membuat aku akhirnya terbiasa dengan itu.

Tapi ada yang lain yah, jatuh saat dewasa. Jatuh saat ini bukan hanya tentang tubuh, tapi juga pikiran dan perasaan. Ayah, ini terasa sulit. Ini bukan lagi perkara luka-luka yang terlihat. Ayah pasti lebih tahu banyak tentang ini. Di setiap jatuhku, ada rasa tak ingin berdiri lagi. Tapi kau tahu yah, aku selalu mengingat perkataanmu saat pertama aku jatuh, dan itu membuatku kuat kembali.

Aku ingin terus menjadi anak kecil, anak kecil yang tak pandai berbohong, yang dapat bermanja padamu sesaat setelah aku jatuh. Aku tahu bahwa kau mengetahui setiap bohongku, tapi kau tetap percaya padaku. Terima kasih untuk dua puluh dua tahun kau menjagaku, memberikanku cinta, memberikanku kasih sayang, membuatku tak berkekurangan sampai saat ini. Terima kasih telah mengajarkanku banyak hal, memelukku ditiap doamu.

Walau hidup terasa begitu sulit dan membuatku jatuh, aku akan tetap bertahan. Karena membahagiakanmu tak pernah menemukan kata selesai di hidupku. Di akhir surat ini izinkan aku mengatakan bahwa, Jika ada kehidupan lain setelah ini, biarkan aku tetap menjadi anakmu. Terlahir dan di besarkan di keluarga ini dengan situasi seperti ini, aku tak ingin menukarnya dengan apapun juga.

kata yang kerap membuat aku bertahan dan berdiri setelah jatuh adalah "jangan takut, ayah akan selalu menjagamu dari dekat"

Aku menyayangimu.

Tidak ada komentar: